09 Juli 2009

cinta dan waktu

Alkisah disuatu pulau kecil, tinggalah berbagai macam benda-benda abstrak, seperti Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau tersebut. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri ditepi pantai dan mencoba mencari pertolongan. Sementara itu, air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama, Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!", teriak Cinta. "Aduh, maaf Cinta," kata kekayaan, "perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini."
Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.

Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.
"Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik.

Tak lama lewatlah Kecantikan.
"Kecantikan! Tolong aku, bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta. "Wah Cinta, engkau basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu bersamaku, nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini.", sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak.

Saat itulah lewat Kesedihan.
"Oh Kesedihan, bawalah aku bersamamu. Aku tak tahu lagi harus meminta kepada siapa karena semua orang tak mau menolongku.", kata Cinta. "Maaf Cinta, aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja.", kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.


Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu, barulah Cinta sadat bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu,
"Siapa sebenarnya orang tua itu?" "Oh, orang tua itu. Dia adalah Waktu.", kata penduduk tua. "Tapi, mengapa ia rela menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya, bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku.", tanya Cinta heran. "Sebab," kata penduduk tua itu, "hanya Waktu lah yang tahu seberapa berharga, bernilai, dan berartinya Cinta itu sesungguhnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar